Rabu, 15 November 2017

Berjalan Di Atas Kaca

Menganyam langkah beralaskan darah

Menapaki tanah berumputkan kaca

Telapak kaki seakan tiada celah

Berjinjit mesra ia di atas luka

Sudah tentu bukan perkara mati rasa

Hanya langkah yang terbiasa menyiram luka.






Selasa, 14 November 2017

Hujan Di Musim Kemarau


"Untuk kita yang bukan menjadi kita
Dan untuk kenangan yang akan usang
Biarkan sejenak aku berceloteh pada waktu
Tentang hujan di musim kemarau."

Bersama air langit membasahi bumi
Engkau muncul ditemani pelangi
Tersenyum terselipkan sembilu
Yang pasti candu akan rindu

Bergelut aku dengan logika
Yang kerap kali kalah dengan perasaan
Mendung akan jadi cerita
Jikalau tenggelam dalam keresahan

Engkau pesona nyata keindahan
Berbisik lirih mengusik hati
Menggubah ketetapan jadi angan
Lalu lenyap menarik diri

Untuk senyum mu yang mempesona
Kuakhiri angan yang jadi semu
Demi kerinduan aku bersuara
Dan demi pengharapan aku merindu.

Segala Sesuatu Adalah Takdir

Banyak orang berujar padaku, ini takdir
Jika Tuhan mentakdirkan, maka aku harus bertakdir
Maaf, kiranya aku tak ingin menjadi air
Yang bertakdir pada ia yang mengalir

Bukan, bukan aku mendustakan suratan tangan
Hanya saja, aku insan yang acap kali menolak keadaan
Menyerah atas nama takdir dan berjubah kepasrahan
Akan terdapat dalam benak ku rasa enggan

Semacam pertemuan kita ini
Apa ini suratan bagiku untuk menanti?
Sungguh tak adil buatku seperti ini
Memperasakan cinta terkunci dalam hati

Oh, aku memang insan yang terpapar kisah fatamorgana
Mengumpat takdir jika itu merana
Padahal aku lah yang sengaja menikmati nestapa
Menanam rasa yang membawa sengsara

Takdir bilang ini nasib badan
Namun benak seakan enggan
Menyuarakan bentuk perlawanan
Dan berujar, ini awal dari akhiran.

Secangkir Dosa

Lambaian senja mengusik harapan
Irama gendang selaras degup jantungku
Berdiri disini, di peraduan rindu
Mengharap hembusan damai kasihmu
Tapi bukankah itu naif?
Aku memang menanti
Namun bagimu tiada arti

Hampir di sepanjang malam
Aku berjubahkan kerinduan
Bagai irama tanpa nada
Sumbang tak enak di dengar
Namun harus ku dengar
Hanya rindu ini nafas hidupku

Logika tak mengalah pada rasa
Berpegang pada prinsip ke lelaki an
Aku tak mau jadi nada sumbang
Meski harus menanggalkan jubahku
Dan meminum secangkir dosa
Biarlah..!!
Dosa manis kemunafikan hatiku.

Lampu Jalan


Di bawah tiang lampu ini
Aku bersumpah
Takkan kembali jika tak bersua denganmu

Denganmu yang telah hilang 10 tahun silam
Dan kuratapi kerinduan yang tak terbendung ini

Betapa bodoh diriku ini
Yang tak paham akan maksud hati
Kala dulu bersenda gurau disini
10 tahun silam disini, di bawah lampu jalan ini
Dan kini baru kurasakan rindu

Kau sahabat kecil ku…
Akan kujemput engkau, cinta pertama ku.

Dunia Masa Depan

Mata terbuka, terperanjat dari lelapku
Dimana aku? Apa yang terjadi? Sudah berapa lama ku terlelap?
Pertanyaan demi pertanyaan tanpa jawaban
Berbicara seakan ada penghuni di benakku

Kutelusuri tiap sudut daerah asing di depanku
Mengapa semuanya tampak asing bagiku?
Tanah gersang, sengatan tajam sang surya
Bahkan pohon sudah tak hijau lagi
Ia enggan bernafas di tanah tandus seperti ini

Darahku berdesir saat ku jelajahi tempat ini
Kudapati mobil tua milik tetanggaku
Ya, aku baru ingat
30 menit yang lalu aku tertidur di dalam nya

Dan kawan, tarik napasmu dalam-dalam
Hampir mati saat kulihat dashboard mobil tua itu
30 menit yang lalu sudah menguap
Yang ada hanya 4 digit angka tanpa bilangan nol
2112 kawan!!!
Bisa gila kalau aku tak meneriakkan angka-angka itu

Kusakiti diriku agar mengerti ini nyata atau fatamorgana
Aww sakit! Sialan, ini nyata!
Aku masih di bumi ku, namun di masa yang lain
Takjub, sedih dan takut bercampur jadi satu
Aku harus apa? Tanya ku lirih pada pohon gundul itu

Apa ini memang bumi ku?
Oh kawan, ekspektasi berlebihan
Bagaimana berharap keindahan pada dunia
Jika kita saja merusaknya! Menggerogotinya!
Oh, bukan seperti ini yang kuharapkan
Bukan, bukan pemandangan seperti ini

Maafkan kami, bumi ku
Maafkan, maafkan kami.

Awan Putih

Ku dengar kicauan burung merpati

Dan suara halus desiran angin yang membentuk harmoni

Serta awan putih yang menaungi

Yang sering kusebut, Pagi

Kumpulan mega-mega yang kupandangi

kumohon janganlah menangis hari ini

Sebab ku tak ingin bersedih meratapi

Kerinduan yang terus menghantui.