Selasa, 14 November 2017

Dunia Masa Depan

Mata terbuka, terperanjat dari lelapku
Dimana aku? Apa yang terjadi? Sudah berapa lama ku terlelap?
Pertanyaan demi pertanyaan tanpa jawaban
Berbicara seakan ada penghuni di benakku

Kutelusuri tiap sudut daerah asing di depanku
Mengapa semuanya tampak asing bagiku?
Tanah gersang, sengatan tajam sang surya
Bahkan pohon sudah tak hijau lagi
Ia enggan bernafas di tanah tandus seperti ini

Darahku berdesir saat ku jelajahi tempat ini
Kudapati mobil tua milik tetanggaku
Ya, aku baru ingat
30 menit yang lalu aku tertidur di dalam nya

Dan kawan, tarik napasmu dalam-dalam
Hampir mati saat kulihat dashboard mobil tua itu
30 menit yang lalu sudah menguap
Yang ada hanya 4 digit angka tanpa bilangan nol
2112 kawan!!!
Bisa gila kalau aku tak meneriakkan angka-angka itu

Kusakiti diriku agar mengerti ini nyata atau fatamorgana
Aww sakit! Sialan, ini nyata!
Aku masih di bumi ku, namun di masa yang lain
Takjub, sedih dan takut bercampur jadi satu
Aku harus apa? Tanya ku lirih pada pohon gundul itu

Apa ini memang bumi ku?
Oh kawan, ekspektasi berlebihan
Bagaimana berharap keindahan pada dunia
Jika kita saja merusaknya! Menggerogotinya!
Oh, bukan seperti ini yang kuharapkan
Bukan, bukan pemandangan seperti ini

Maafkan kami, bumi ku
Maafkan, maafkan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar